Sabtu, 18 Maret 2017

Mana Yang Lebih Dulu, Mana yang Terakhir



Seorang guru memasuki ruang kelas dengan membawa ember transparan, batu-batu besar, krikil, pasir, dan air. Kemudian sang guru memasukan batu-batu besar kedalam ember, satu per satu hingga ember itu penuh oleh batu-batu berukuran besar. Lalu, ia mengajukan satu pertanyaan, ‘’Apakah ember ini sudah tidak dapat diisi lagi?  para sisiwa menjawab, ‘’Tidak. Masih bisa,’’ meskipun mereka melihat ember itu sudah penuh. Guru tersenyum, lalu menuangkangkan kembali krikil ke dalam ember itu hingga tak tersisa satu krikil pun di luar.
                ‘’Apakah ember ini sudah tidak dapat diisi lagi?’’ tanya guru. Para sisiwa agak bingung. Mereka ragu-ragu. Sebagian siswa mengatakan, ‘’Tidak. Ember sudah penuh!’’ Sebagian lainnya mengatakan , ‘’Masih bisa.’’
                Jawaban yang benar terbukti setelah guru menuangkan pasir. Ternyata, seluruh pasir dapat masuk ke dalam ember itu, mengisi sela-sela batu besar dan krikil. Akhirnya, ember itu terlihat penuh sesak oleh batu, krikil, dan pasir.
                Para siswa sudah dapat memastikan ember itu tidak dapat lagi diisi lagi. Jadi, ketika guru bertanya, ‘’Apakah masih bisa diisi lagi?’’ dengan kompak seluruh siswa menjawab, ‘’Tidak bisa.’’ Setelah mendengar jawaban dari para siswanya, guru itu menuangkan air ke dalam ember hingga tak tersisa. Terbukti sudah jawaban para siswa tidak tepat karena ember itu masih bisa diisi oleh air.
                Nah, dapatkan kamu mengambil pelajaran dari kisah guru dengan embernya itu? Ember tersebut adalah waktu. Batu, krikil, pasir, dan air adalah hal-hal yang kamu lakukan dalam hidup. Ambillah sebuah ilustrasi kecil selama sehari. Jadikan ember itu sebagai waktumu selama 24 jam. Batu besar adalah rutinitas yang kamu lakukan, sepeti sekolah, mengikuti ekskul, dan sebagainya. Lalu krikil adalah jam-jam kamu melakukan makan, minum, diperjalanan, tidur, dan lain-lain. Pasir sebagai waktu kamu bersenang-senang, baik dengan keluarga maupun teman-teman. Adapun air dianaolgkan sebagai hal-hal lain yang mendadak datang dalam kehidupanmu, misalnya sakit, ada orang yang minta tolong, dan lain-lain.
                Ya, dalam sehari saja kadang begitu banyak hal yang harus kamu lakukan. Bisa jadi, hal itu membuatmu sulit untuk menetukan aktivitas mana saja yang harus dilakukan lebih dulu sehingga semuanya dianggap sebagai prioritas penting dan meminta perhatian ekstra. Padahal, dalam satu waktu kita dapat melakukan satu prioritas saja, tidak bisa semuanya. Oleh karena itu, buatlah skala prioritas agar hidupmu tertib dan tujuan-tujuan yang ingin kamu raih dapat tercapai.
                Jadi, dengan ilustrasi ember tersebut, tempatkanlah impian-impian yang besar sebagai prioritas utama (yang diibaratkan sebagai batu besar). Jangan sibuk mencari dan menempatkan hal-hal yang kecil (yang diibaratkan sebagai krikil, pasir, dan air) terlebih dahulu, karena menyebabkan kita tidak mendapatkan impian besar atau utama. Agar lebih realistis, kamu bisa memasukan aktivitas-aktivitas tersebut kedalam kolom skala prioritas. Dari sana, kamu akan mengetahui, hal-hal apa saja yang dapat dikerjakan terlebih dahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar